MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliyah: Pengantar Study Islam
Dosen
Pengampu: M. Rikza Chamami, Msi
Disusun
oleh :
Murtiningsih (093411045)
Retno Indah Yanti (093411049)
Dawi Zulfa Amalia
Neili
Zahratul Hamidah (123911075)
Nia Mutia Dina (123911076)
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
I.
PENDAHULUAN
Secara alamiah, manusia tumbuh dan
berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi
tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses
setingkat demi setingkat. Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta
yang berproses demikian berlangsung di
atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai sunnatullah.
Pendidikan sebagai usaha membina dan
mengembangkan pribadi manusia; aspek rohaniyah dan jasmaniah, juga harus
berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik
akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana
berlangsung malalui proses demi proses kearah tujuan akhir
perkembangan/pertumbuhannya. Tidak ada satupun makhluk ciptaan tuhan diatas
bumi yang dapat mencapai kesempurnaan/kematangan hidup tanpa berlangsunh
melalui suatu proses. Akan tetapi, suatu proses yang diinginkan dalam usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan
bertujuan, yaitu mengarahkan anak didik (manusia) kepada titiik optimal
kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya
kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan social serta hamba
Tuhan yang mengabdikan diri kepadanya.
Oleh karena itu, islam sebagai ajaran
menjadi sebuah topik yang menarik untuk dikaji baik dari kalangan intelektual
muslim sendiri maupun sarjana-sarjana barat, mulai tradisi orientalis sampai
pada sebutan islamisist. Kajian keislaman (Islamic studies) merupakan suatu
disiplin ilmu yang membahas islam baik ajaran, kelembagaan, sejarah maupun kehidupan umatnya. Dalam
prosesnya, usaha kajian itu mencerminkan suatu transmisi doktrin-doktrin
keagamaan dari generasi ke generasi, dengan menjadikan tokoh-tokoh agama, mulai
dari Rasulullah sampai dengan ustad dan para dai sebagai perantara sentral yang
hidup. Dari ustad maupun guru kita dapat mengetahui apa itu studi islam, baik
pengertian, ruang lingkup, obyek, pendekatan, metodologi. Banyak sekali
pendapat-pendapat yang menjelaskan tentang itu semua yang perlu kita kaji
bersama dalam makalah ini.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Apa
pengertian study Islam?
B. Bagaimana
ruang lingkup dan objek study Islam?
C. Apa
tujuan dari study Islam?
D. Apa pendekatan dan metodologi study Islam?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Study
Islam
Pendidikan
sebagai salah satu usaha untruk membina dan mengembangkan seluruh aspek
kepribadian manusia jasmani dan rokhani agar menjadi manusia yang
berkepribadian harus berlangsung secara bertahap. Berdasarkan pemikiran
tersebut banyak pakar pendidikan memberikan arti pendidikan sebagai suatu
proses dan berlangsung seumur hidup. Karna itu pula pendidikan tidak hanya berlangsung
didalam kelas tetepi juga diluar kelas. Pendidikan tidak hanya terbatas pada
usaha mengeembangkan intelektualitas manusia, melainkan juga mengembangkan
seluruh aspek kepribadian manusia untuk mencapai kehidupan yang sempurna.
Sebagaimana
yang di kemukakan oleh Herbert Spencer (seorang filosof pendidikan inggris,
1320-1903) dalam bahasannya bahwa pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk
hidup sempurna. Dengan demikian pendidikan dapat dikatakan sebagai sarana utama
untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia dalam usaha manusia melestarikan
hidupnya.
Menurut
John S. Brubacher dalam bukunya yang terkenal Modern Philosophies of Education,
mengemukakan pendidikan itu dapat diartikan sebagai suatu proses penyesuaian
diri secara timbale balik dari seseorang dengan manusia lainnya dan dengan alam
sekitar. Pendidikan juga berarti nsebagai suatu usaha pengembangan dan
kelengkapan terhadap semua potensi manusia secara teratur, baik moral,
intelektual, maupun fisik jasmani, oleh dan untuk kepentingan individu dan
sosial, diarahkan bagi tujuan akhir atau tujuan hidup.
Menurut
M.J. Adler mengartikan pendidikan adalah suatu proses dimana semua kemampuan
manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) dapat dipengaruhi oleh pembiasaan
dan di sempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui saran yang
artistic serta dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau
dirinya sendiri dalam pecapaian tujuan yang ditetapkan dengan kebiasaan yang
baik.
Kemuadian
John Dewey mengartikan pendidikan merupakan pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional kea rah alam, dan sesame manusia
(education as the process of forming fundamental dispositions,intelektual and
emotional, toward nature and fellow men). Dari uraian Dewey tadi dapat dipahami
bahwa pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan dalam rangka
memberikan bantuan terhadap perkembangan anak untuk mengembangkan potensinya
semaksimal mungkin agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab.
Dari beberapa
definisi pendidikan diatas dalam pengertian yang masih umum tadi mengandung
arti bahwa pendidikan adalah proses kependidikan yang mengandung pengarahan
kepada suatu tujuan tertentu atau suatu proses yang berlangsung kea rah sasaran
tertentu. [1]
Studi islam menurut istilah dalam bahasa
inggris adalah islamic studies, dan dalam bahasa arab adalah dirasah al
islamiyyah. Dari sisi pengertian studi islam secara sederhana adalah kajian
islam. yakni: sebagai kajian islam sesungguhnya memiliki cakupan makna dan pengertian
yang luas. Hal ini wajar adanya karena sebuah istilah akan memiliki makna
tergantung yang menafsirkan.
Kata studi islam sendiri merupakan
gabungan dari kata studi dan kata islam. Kata studi memiliki banyak pengertian,
menurut lester crow dan alice crow menyebutkan bahwa studi adalah kegiatan yang
secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk memperoleh keterangan, mencapai
pemahaman yang lebih besaratau meningkatkan suatu keterampilan.
Menurut mohammad hatta studi adalah
mempelajari sesuatu untuk mengerti kedudukan masalahnya, mencari pengetahuan
tentang sesuatu dalam hubungan sebab akibatnya, ditinjau dari jurusan tertentu
dan dengan metode tertentu pula.
Dua definisi ini memberikan penjelasan
tentang bagaimana sebuah kata dimaknai secara berbeda. Namun, jika kita cermati
kata studi dalam kontek dua pengertian
diatas memiliki beberapa letak kesamaan. Hal utama yang menjadi kesamaan adalah
usaha yang dilakukan secara terus menerus dan kritis dalam melakukan kajian
atas sebuah fenomena atau permasalahan.
Sementara kata islam sendiri memiliki
arti dan makna yang lebih kompleks. Kata islam berasal dari kata aslama yang
berarti patuh dan berserah diri. Kata ini berakar pada kata slim, yang berarti
selamat, sejahtera dan damai. Orang yang menyatakan dirinya islam dan berserah
diri, tunduk dan patuh kepada kehendak penciptaannya disebut muslim. Kedamain
akan tercipta dengan adanya penyerahan serta kepatuhan (islam) kepada Sang
pencipta.
Adapun pengertian islam secara terminologi sebagaimana yang dirumuskan para
ahli, ulama dan cendekiawan bersifat sangat beragam, tergantung dari sudut
pandang yang digunakan. Salah satu rumusan defenisi islam adalah wahyu Allah
yang disampaikan kepada nabi Muhammad SAW sebagaimana terdapatrt dalam
al-qur’an dan sunnah, berupa undang-undang serta aturan-aturan hidup, sebagai
petunjuk bagi seluruh umat manusia, untuk mencapai kesejahteraan kedamaian
hidup didunia dan akhirat.[2]
Istilah pendidikan dalam bahasa yunani
yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Pengertian
studi islam menurut Muhammad Nur Hakim kegunaan istilah studi islam bertujuan
untuk mengungkapkan beberapa maksud.
1. Studi
islam yang dikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas dan program-program
pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai objeknya.
2. Studi
islam yang dikonotasikan dengan materi, subjek, bidang, dan kurikulum atas
suatu kajian atas islam.
3.
Studi islam yang
dikonotasikan dengan institusi-institusi pengkajian islam, baik dilakukan
secara formal.[3]
B. Ruang Lingkup dan Objek Study Islam
Pembahasan kajian keislaman mengikuti
wawasan dan keahlian para pengkajinya, sehingga terkesan ada nuansa kajian
mengikuti selera pengkajinya. Secara material, ruang lingkup kajian islam dalam
tradisi kajian Barat (orientalism scholar) meliputi pembahasan mengenai ajaran,
doktrin, pemikiran, teks, sejarah dan institusi keislaman. Pada awalnya,
ketertarikan sarjana Barat terhadap pemikiran islam lebih karena kebutuhan atas
penguasaan daerah koloni. Mengingat daerah koloni pada umumnya adalah negara-negara
yang banyak di domisili warga negara yang beragama islam, sehingga mau tidak
mau mereka harus paham tentang budaya lokal. Kasus ini dapat dilihat pada
perang aceh, snouck hurgronje (sarjana Belanda) telah mempelajari islam
terlebih dahulu sebelum diterjunkan dilokasi dengan asumsi ia telah memahami
budaya dan peradaban masyarakat aceh yang mayoritas beragama islam. Islam
dipelajari oleh snouck hurgronje dari sisi landasan normatif maupun praktek
bagi para pemeluknya, kemudian dibuatlah rekomendasi kepada para penguasa
kolonial untuk membuat kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan umat islam.
Islam dipahami dari sisi ajaran, doktrin
dan pemahaman masyarakat dengan asumsi dapat diketahui tradisi dan kekuatan
masyarakat setempat. Setelah itu, pemahaman yang telah menjadi input bagi kaum
orientalis diambil sebagai dasar kebijakan oleh para penguasa kolonial yang
tentunya lebih menguntungkan mereka dibanding rakyat banyak di wilayah
jajahannya. Hasil studi ini sesungguhnya lebih menguntungkan kaum penjajah.
Atas dasar masukan ini para penguasa kolonial dapat mengambil kebijakan daerah
koloni dengan mempertimbangkan budaya lokal. Atas masukan ini, para penjajah
mampu membuat peta kekuatan sosial masyarakat terjajah sesuai dengan
kepentingan dan keuntungannya.[4]
Menurut
Muhammad Nurhakim, memang tidak semua aspek agama,khususnya islam dapat menjadi
objek studi. Dalam konteks khusus studi islam, ada beberapa aspek tertentu dari
islam yang dapat menjadi objek studi, yaitu :
1.
Islam sebagai
doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknya sudah final, dalam
arti absolut, dan diterima secara apa adanya.
2.
Sebagai gejala
budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk
pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
3.
Interaksi sosial
yaitu realitas umat islam.
Menurut M. Atho’ Mudzhar menyatakan
bahwa objek kajian agama islam adalah substansi ajaran-ajaran islam, seperti
kalam, fiqih, dan tasawuf. Dalam aspek ini, agama lebih bersifat penelitian
budaya. Hal ini mengingat bahwa ilmu-ilmu keislaman semacam ini merupakan salah
satu bentuk doktrin yang dirumuskan oleh penganutnya yang bersumber dari wahyu
Allah melalui proses penalaran dan perenungan. Ketika seseorang mempelajari
bagaimana ajaran islam tentang sholat, zakat, haji, tentangkonsep keesaan
Allah, tentang argumen adanya Tuhan, tentang aturan etika dan nilai moral dalam
islam, berarti ia sedang mempelajariislam sebagai gejala budaya.[5]
C. Tujuan
studi islam
Dalam adagium ushuliyah dinyatakan
bahwa al-umur bi maqashidiyah, bahwa setiap tindakan dan aktifitas harus
berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Adagium ini
menunjukkan bahwa pendidikan serharusnya berorientasi pada tujuan yang ingin
dicapai, bukan semata –mata berorientasi pada sederetan materi. Sehingga tujuan
study Islam terlebih dahulu harus dirumuskan, sebelum komponen-komponen
lainnya.[6]
Sesuai perkembangan masyarakat yang
semakin dinamis sebagai konsekuensi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka aktualisasi nilai-nilai al-Qur’an menjadi sangat penting.
Karena tanpa aktualisasi kitab suci ini, umat Islam akan menghadapi kendala
dalam upaya internalisasi nilai-nilai al-Qur’ani sebagai upaya pembentukan
pribadi umat Islam yang bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, maju, dan mandiri ,
atau disebut dengan insane kamil. Pribadi semacam inilah yang menjadi tujuan
study Islam sebagaimana dirumuskan oleh al-Ghazali. Dalam mewujudkan Islam
kamil, pendidikan Islam ditujukan sebagai proses transfer pengetahuan (transfer
of knowledge), transfer metode (transfer of methodology), dan transfer
nilai-niilai (transfer of values).
Study Islam sebagai media transfer
pengetahuan dapat ditinjau dari perspektif perspektif human capital, pendidikan
tidak dipandang sebagai barang konsumsi saja tetapi juga sebagai sebuah
investasi. Hasil investasi ini berupa tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan
untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannnya dalam proses produksi dan
pembangunan pada umumnya.
Secara
normative tujuan yang ingin dicapai pendidikan Islam meliputi tiga dimensi
yaitu:
1. Dimensi
spiritual, yaitu iman, takwa, dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan
muamalah). Dimensi spiritual ini tersimpul dalam satu kata yaitu akhlak mulia,
yang menurut M. Athiyah Al-Abrasyi sebagai tujuan utama study Islam.
Sementara
menurut Said Aqil Husein al-Munawar, akhlak merupakan alat control psikis dan
sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia akan berada dalam
kumpulan binatang yang tidak memliliki tata nilai dalam kehidupannya. Rasulullah
saw. Merupakan sumber akhlak yang hendaknya diteladani oleh orang mukmin,
seperti tercermin dalam sabdanya:
“Sesungguhnya aku
diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
2. Dimensi
budaya, yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini
secara universal menitikberatkan pada pembentukan kepribadian muslim sebagai
individu yang diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan factor dasar
(bawaan) dan factor ajar (lingkungan) dengan berpedoman kepada nilai-nilai
keislaman.
3. Dimensi
kecerdasan yang membawa kemajuan, yaitu cerdas, aktif, disiplin, inovatif,
produktif, dan sebagainya. Dimensi kecerdasan dalam pandangan psikologi
merupakan sebuah proses yang mencakup tiga hal: analisis, kreatifitas, dan
praksis.
Upaya yang dilakukan dalam study Islam tentunya
tidak cukupn di ruang kelas atau disekolah saja. Sebab lembaga yang mempunyai
peran sesungguhnya adalah keluarga. Sebagai unit masyarakat terkecil, keluarga
memiliki dampak langsung terhadap kehidupan peserta didik dan masyarakat itu
sendiri. Disinilah anak mendapatkan imu pengetahuan pertama kalinya sebelum
mendapatkan dari lembaga lain.[7]
Studi islam sebagai sebuah kajian secara sistematis
terhadap islam memiliki sebuah tujuan kegiatan apapun, apalagi studi islam, akan
lebih mudah tercapai manakala ditetapkan tujuannya secara konkret. Secara garis
besar tujuan studi islam adalah:
1.
Mempelajari
secara mendalam tentang hakikat islam, bagaimana posisinya dengan agama lain,
dan bagaimana hubungannya dengan dinamika oerkembangan yang terus berlangsung.
2. Mempelajari
secara mendalam terhadap sumber dasar ajaran agama islam yang tetap abadi dan
dinamis serta aktualisasinya sepanjang sejarah.
3. Mempelajari
secara mendalam terhadap pokok isi ajaran islam yang asli, dan bagaimana
operasionalisasinya dalam pertumbuhan budaya dan peradaban islam sepanjang
sejarah.
4. Mempelajari
secara mendalam terhadap prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran islam dan
bagaimana perwujudannya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol
perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini.
Dengan menyimak terhadap 4 tujuan ini studi islam
diharapkan akan lebih jelas arahnya. Tujuan ini menjadi semacam titik yang akan
dituju dengan berbagai sarana dan metode untuk mencapainya. Dengan kerangka
tujuan semacam ini, studi islam diharapkan tidak sekedar sebagai sebuah wawasan
normatif, tetapi juga konstektual, aplikatif, dan memberikan kontribusi konkret
terhadap dinamika dan perkembangan yang ada.
D. Pendekatan
dan Metodologi Study Islam
Istilah “pendekatan” merupakan kata terjemahan dari
bahasa inggris, approach. Maksudnya adalah suatu disiplin ilmu untuk
dijadikan landasan kajian sebuah study atau penelitian. Pendekatan dalam
aplikasinya lebih mendekati disiplin ilmu karena tujuan disiplin ilmmu karena
tujuan utama pendekatan ini untuk mengetahui sebuah kajian dan langkah-langkah
metodologis yang dipakai dalam pengkajian atau penelitian itu sendiri. Setiap
disiplin ilmu memiliki kekhususan metodologi sebab tidak ada sebuah metode yang
dapat digunakan dalam semua disiplin ilmu. Jika seorang pengkaji telah
menentukan pendekatan yang digunakannya, akan dengan mudah terbaca
langkah-langkah metodologis yang digunakan.
Jika seorang pengkaji keislaman telah menentukan
pendekatan yang digunakannya, pembaca dapat melihat, bahkan menguji kelurusan
logika dan langkah metodologis yang harus dilakukan. Kalaupun terjadi
perbedaan, mungkin diperbolehkan hanya pada aspek pengembangannya saja, namun
tidak diperbolehkan melenceng dari metode dan prinsip-prinsipnya yang berlaku
dalam disiplin ilmu itu. Sesungguhnya di era perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi saat ini., perkembangan ilmu harus dibarengi pula dengan perkembangan
metodologi dan semakin mendalamnya kajian akan
ditentukan berdasarkan pendekatan dan disiplin ilmunya.[8]
Menurut
Marylin R. Waldman, sejarah agama dapat diajarkan melalui dua pendekatan:
Teologis
yaitu mengenai tindakan realitas tertinggi dan mutlak didunia ini.
Humanis
yaitu mengenai respons manusia terhadap
kehadiran realitas tertinggi tersebut.
Disamping itu, sejarah agama juga dapat disampaikan
dalam bahasa agama yang plural, yang menekankan pemisahan berbagai tradisi dan
dalam bahasa agama yang tunggal yang menekankan religiolitas sebagai satu-satu
nya dimensi pengalaman manusia.Pendekatan humanistis digunakan untuk mengkaji
bahasa agama yang plural maupun yang tunggal, namun ia seringkali dipakai untuk
yang tersebut terakhir. Salah satu pendekatan humanistis adalah pendekatan
antropologis yang dapat digunakan untuk
mengkaji sejarah islam oleh pengamat luar yang berusaha secara mendalam untuk
melihat islam secara simpatik. Berkaitan dengan penggunakan pendekatan,
Waldmand memberikan dua catatan penting. Pertama, pemahaman manusia tentang
tradisi agama, baik miliknya sendiri maupun milik orang lain, bersifat
terbatas.Demikian pula, kualitas pemahaman orang luar dan orang dalam adalah
bertingkat-tingkat, bahkan terkadang pemahaman org luar lebih baik.
Kedua, keunikan sebuah tradisi hanya tampak jika
agama adalah subbeknya, yakni hanya ketika tradisi yang ada diletakan dalam
konteks keberagaman manusia.Karena itu pendekatan humanitis tidak menolak
pendekatan teologis, ia hanya mengurunginya ( ephoche) sehingga membuat
pemahaman timbal balik. Pendekatan humanitis bahwa ada sesuatu pada banyak
level yang harus kita pelajari dari orang lain. Jadi pendekatan teologis harus
ditambahkan agar mendapatkan hasil yang memuaskan.
Pendekatan
antropologis dapat membantu non muslim memahami aspek-aspek tertentu dari
kecenderungan bahwa agama harus ditumbuhkan dan disakukan dalam kehidupan
koimunitas secara keseluruhan dan bahwa sekularisasi oleh teknologi modern
bukan merupakan kemajuan.
Menurut
Adams, dia mengemukakan ada dua pendekatan dalam kajian studi islam yaitu
1. Pendekatan
normatif adalah pendekatan yang di jiwai oleh motifasi dan tujuan keagamaan.
2. Pendekatan
deskriptif muncul sebagai jawaban terhadap motifasi keingintauan intelektual
atau akademis. [9]
Metodologi
Pendekatan islam
Untuk melakukan studi islam, ada beberapa istilah
yang perlu dipahami dengan baik. Pemahaman terhadap istilah-istilah ini akan
memudahkan untuk memasuki bidang studi islam. Istilah-istilah tersebut adalah ;
Pendekatan, metode, dan metodologi.
Tetapi jika
kita melakukan telaah secara mendalam dan kritis, antara keduanya terdapat
perbedaan, walaupun perbedaannya sangat tipis. Metode merupakan cara
mengerjakan sesuatu ( a way of doing something). Sementara pendekatan adalah
cara memperlakukan sesuatu ( a way of dealing with something). Dengan
mencermati pengertian ini, dapat kita pahami bahwa perbedaan antara keduanya
tertetak pada perlakuan atas objek. Metoode cenderung menganggap sebuah objek
sebagai entitas pasif.Sementara pendekatan cenderung mengaanggap sebuah objek
yang aktif. Ketika seseorang akan memperlakukan sesuatu, misalnya saja, kuda
sebagai objek yang aktif, maka ia berarti sedang melakukan pendekatan tehadap
kuda.Sementara ketika ia memperlakukan perawatan terhadapnya, kuda dianggap
sebagai benda pasif, maka sesungguhnya ia sedang melakukan metode perawatan
kuda. Dalam konteks kajian islam, ketika seseorang ingin mengkaji islam, dan
menganggapnya sebagai sebagai entitas yang aktif dan dinamis, maka sesungguhnya
ia sedang melakukan pendekatan atas Islam.
Sementara metodologi berasal dari
tiga kata yunani yaitu, meta, hetodos, dan logos . Meta berarti menuju, melaui,
dan mengikuti. Hetodos berarti jalan atau cara. Maka kata metodos ( metode)
berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai sesuatu.Ketika kata
metode digabung dengan kata logos maka maknanya berubah. Logos berarti ‘’ studi
tentang” atau “teori tentang” . Metodologi disebut pula sebagai ‘ science of
methods’ yaitu ilmu yang membicarakan cara, jalan atau petunjuk praktis dalam
penelitian, sehingga metodologi penelitian membahas tentang konsep teoritik
berbagai metode. Dalam islam, kajian tentang metode-metode studi islam
merupakan metodologi. Oleh karena itu, metodologi dalam studi islam bersifat
teoritis. [10]
IV. KESIMPULAN
Dari beberapa definisi pendidikan
diatas dalam pengertian yang masih umum tadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah proses kependidikan yang mengandung pengarahan kepada suatu tujuan
tertentu atau suatu proses yang berlangsung kea rah sasaran tertentu.
Studi islam menurut istilah dalam bahasa
inggris adalah islamic studies, dan dalam bahasa arab adalah dirasah al
islamiyyah. Dari sisi pengertian studi islam secara sederhana adalah kajian
islam. yakni: sebagai kajian islam sesungguhnya memiliki cakupan makna dan
pengertian yang luas. Hal ini wajar adanya karena sebuah istilah akan memiliki
makna tergantung yang menafsirkan.
Pengertian
studi islam menurut Muhammad Nur Hakim kegunaan istilah studi islam bertujuan
untuk mengungkapkan beberapa maksud.
-
Studi islam yang
dikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas dan program-program pengkajian dan
penelitian terhadap agama sebagai objeknya.
-
Studi islam yang
dikonotasikan dengan materi, subjek, bidang, dan kurikulum atas suatu kajian
atas islam.
-
Studi islam yang
dikonotasikan dengan institusi-institusi pengkajian islam, baik dilakukan
secara formal.
Dalam konteks khusus studi islam, ada
beberapa aspek tertentu dari islam yang dapat menjadi objek studi, yaitu :
-
Islam sebagai
doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknya sudah final, dalam
arti absolut, dan diterima secara apa adanya.
-
Sebagai gejala
budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk
pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
-
Interaksi sosial
yaitu realitas umat islam.
Menurut
M. Atho’ Mudzhar menyatakan bahwa objek kajian agama islam adalah substansi
ajaran-ajaran islam, seperti kalam, fiqih, dan tasawuf. Dalam aspek ini, agama
lebih bersifat penelitian budaya. Hal ini mengingat bahwa ilmu-ilmu keislaman
semacam ini merupakan salah satu bentuk doktrin yang dirumuskan oleh
penganutnya yang bersumber dari wahyu Allah melalui proses penalaran dan
perenungan.
Istilah
“pendekatan” merupakan kata terjemahan dari bahasa inggris, approach.
Maksudnya adalah suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian sebuah
study atau penelitian. Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati disiplin
ilmu karena tujuan disiplin ilmmu karena tujuan utama pendekatan ini untuk
mengetahui sebuah kajian dan langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam
pengkajian atau penelitian itu sendiri.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami buat.Tiada
gading yang tak retak, dan kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini belum mendekati sempurna bahkan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik
dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bias
menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Djumransiah HM., Pendidikan Islam,
Malang: UIN-Malang Press , 2007
Naim Ngainun, pengantar studi islam, TERAS, 2009
Nafis Muhammad Mustahibun,
M.Ag, ilmu pendidikan islam, TERAS, 2011
Sahrodi Jamali., Metodelogi
studi islam, Bandung:pustaka setia, 2008
Tantowi Ahmad, Pendidikan Islam
di Era Transformasi Global, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2008
Choir Tholhatul, Islam
dalam berbagai pembacaan kontemporer, pustaka pelajar,2009
[1] M. Djumransiah, Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Malang Press ,
2007), hal. 12-15.
[2] Ngainun Naim, pengantar
studi islam, (TERAS, 2009), hal 1
[3] Muhammad Mustahibun Nafis, M.Ag, ilmu pendidikan islam,(TERAS,
2011), hal 1
[4] Jamali Sahrodi., Metodelogi studi islam, (Bandung:pustaka
setia,2008) hal.57
[5] Opcit hal.7-9
[6] M. Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras,
2011), hal. 57
[7] Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global,
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2008) hal. 21- 24
[8] Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam, (Bandung: VC Pustaka
Setia, 2008) hal. 64-66
Tidak ada komentar:
Posting Komentar