Kamis, 25 April 2013

PSI PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STUDI ISLAM


MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliyah: Pengantar Study Islam
Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, Msi








Disusun oleh :
 Murtiningsih (093411045)
  Retno Indah Yanti (093411049)
Dawi Zulfa Amalia
Neili Zahratul Hamidah (123911075)
Nia Mutia Dina (123911076)





FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012



I.          PENDAHULUAN
Secara alamiah, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat. Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian  berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai sunnatullah.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia; aspek rohaniyah dan jasmaniah, juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana berlangsung malalui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhannya. Tidak ada satupun makhluk ciptaan tuhan diatas bumi yang dapat mencapai kesempurnaan/kematangan hidup tanpa berlangsunh melalui suatu proses. Akan tetapi, suatu proses yang  diinginkan dalam usaha  kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan, yaitu mengarahkan anak didik (manusia) kepada titiik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan social serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepadanya.  
Oleh karena itu, islam sebagai ajaran menjadi sebuah topik yang menarik untuk dikaji baik dari kalangan intelektual muslim sendiri maupun sarjana-sarjana barat, mulai tradisi orientalis sampai pada sebutan islamisist. Kajian keislaman (Islamic studies) merupakan suatu disiplin ilmu yang membahas islam baik ajaran, kelembagaan,  sejarah maupun kehidupan umatnya. Dalam prosesnya, usaha kajian itu mencerminkan suatu transmisi doktrin-doktrin keagamaan dari generasi ke generasi, dengan menjadikan tokoh-tokoh agama, mulai dari Rasulullah sampai dengan ustad dan para dai sebagai perantara sentral yang hidup. Dari ustad maupun guru kita dapat mengetahui apa itu studi islam, baik pengertian, ruang lingkup, obyek, pendekatan, metodologi. Banyak sekali pendapat-pendapat yang menjelaskan tentang itu semua yang perlu kita kaji bersama dalam makalah ini.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian study Islam?
B.     Bagaimana ruang lingkup dan objek study Islam?
C.     Apa tujuan dari study Islam?
D.     Apa pendekatan dan metodologi study Islam?

III.             PEMBAHASAN
A.             Pengertian Study Islam
Pendidikan sebagai salah satu usaha untruk membina dan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia jasmani dan rokhani agar menjadi manusia yang berkepribadian harus berlangsung secara bertahap. Berdasarkan pemikiran tersebut banyak pakar pendidikan memberikan arti pendidikan sebagai suatu proses dan berlangsung seumur hidup. Karna itu pula pendidikan tidak hanya berlangsung didalam kelas tetepi juga diluar kelas. Pendidikan tidak hanya terbatas pada usaha mengeembangkan intelektualitas manusia, melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia untuk mencapai kehidupan yang sempurna.
Sebagaimana yang di kemukakan oleh Herbert Spencer (seorang filosof pendidikan inggris, 1320-1903) dalam bahasannya bahwa pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk hidup sempurna. Dengan demikian pendidikan dapat dikatakan sebagai sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia dalam usaha manusia melestarikan hidupnya.
Menurut John S. Brubacher dalam bukunya yang terkenal Modern Philosophies of Education, mengemukakan pendidikan itu dapat diartikan sebagai suatu proses penyesuaian diri secara timbale balik dari seseorang dengan manusia lainnya dan dengan alam sekitar. Pendidikan juga berarti nsebagai suatu usaha pengembangan dan kelengkapan terhadap semua potensi manusia secara teratur, baik moral, intelektual, maupun fisik jasmani, oleh dan untuk kepentingan individu dan sosial, diarahkan bagi tujuan akhir atau tujuan hidup.
Menurut M.J. Adler mengartikan pendidikan adalah suatu proses dimana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) dapat dipengaruhi oleh pembiasaan dan di sempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui saran yang artistic serta dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri dalam pecapaian tujuan yang ditetapkan dengan kebiasaan yang baik.
Kemuadian John Dewey mengartikan pendidikan merupakan pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kea rah alam, dan sesame manusia (education as the process of forming fundamental dispositions,intelektual and emotional, toward nature and fellow men). Dari uraian Dewey tadi dapat dipahami bahwa pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak untuk mengembangkan potensinya semaksimal mungkin agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab.
Dari beberapa definisi pendidikan diatas dalam pengertian yang masih umum tadi mengandung arti bahwa pendidikan adalah proses kependidikan yang mengandung pengarahan kepada suatu tujuan tertentu atau suatu proses yang berlangsung kea rah sasaran tertentu. [1]
Studi islam menurut istilah dalam bahasa inggris adalah islamic studies, dan dalam bahasa arab adalah dirasah al islamiyyah. Dari sisi pengertian studi islam secara sederhana adalah kajian islam. yakni: sebagai kajian islam sesungguhnya memiliki cakupan makna dan pengertian yang luas. Hal ini wajar adanya karena sebuah istilah akan memiliki makna tergantung yang menafsirkan.
Kata studi islam sendiri merupakan gabungan dari kata studi dan kata islam. Kata studi memiliki banyak pengertian, menurut lester crow dan alice crow menyebutkan bahwa studi adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk memperoleh keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besaratau meningkatkan suatu keterampilan.
Menurut mohammad hatta studi adalah mempelajari sesuatu untuk mengerti kedudukan masalahnya, mencari pengetahuan tentang sesuatu dalam hubungan sebab akibatnya, ditinjau dari jurusan tertentu dan dengan metode tertentu pula.
Dua definisi ini memberikan penjelasan tentang bagaimana sebuah kata dimaknai secara berbeda. Namun, jika kita cermati kata studi dalam kontek dua  pengertian diatas memiliki beberapa letak kesamaan. Hal utama yang menjadi kesamaan adalah usaha yang dilakukan secara terus menerus dan kritis dalam melakukan kajian atas sebuah fenomena atau permasalahan.
Sementara kata islam sendiri memiliki arti dan makna yang lebih kompleks. Kata islam berasal dari kata aslama yang berarti patuh dan berserah diri. Kata ini berakar pada kata slim, yang berarti selamat, sejahtera dan damai. Orang yang menyatakan dirinya islam dan berserah diri, tunduk dan patuh kepada kehendak penciptaannya disebut muslim. Kedamain akan tercipta dengan adanya penyerahan serta kepatuhan (islam) kepada Sang pencipta.
Adapun pengertian islam secara  terminologi sebagaimana yang dirumuskan para ahli, ulama dan cendekiawan bersifat sangat beragam, tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Salah satu rumusan defenisi islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada nabi Muhammad SAW sebagaimana terdapatrt dalam al-qur’an dan sunnah, berupa undang-undang serta aturan-aturan hidup, sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia, untuk mencapai kesejahteraan kedamaian hidup didunia dan akhirat.[2]
Istilah pendidikan dalam bahasa yunani yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Pengertian studi islam menurut Muhammad Nur Hakim kegunaan istilah studi islam bertujuan untuk mengungkapkan beberapa maksud.
1.      Studi islam yang dikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas dan program-program pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai objeknya.
2.      Studi islam yang dikonotasikan dengan materi, subjek, bidang, dan kurikulum atas suatu kajian atas islam.
3.      Studi islam yang dikonotasikan dengan institusi-institusi pengkajian islam, baik dilakukan secara formal.[3]

B. Ruang Lingkup dan Objek Study Islam
Pembahasan kajian keislaman mengikuti wawasan dan keahlian para pengkajinya, sehingga terkesan ada nuansa kajian mengikuti selera pengkajinya. Secara material, ruang lingkup kajian islam dalam tradisi kajian Barat (orientalism scholar) meliputi pembahasan mengenai ajaran, doktrin, pemikiran, teks, sejarah dan institusi keislaman. Pada awalnya, ketertarikan sarjana Barat terhadap pemikiran islam lebih karena kebutuhan atas penguasaan daerah koloni. Mengingat daerah koloni pada umumnya adalah negara-negara yang banyak di domisili warga negara yang beragama islam, sehingga mau tidak mau mereka harus paham tentang budaya lokal. Kasus ini dapat dilihat pada perang aceh, snouck hurgronje (sarjana Belanda) telah mempelajari islam terlebih dahulu sebelum diterjunkan dilokasi dengan asumsi ia telah memahami budaya dan peradaban masyarakat aceh yang mayoritas beragama islam. Islam dipelajari oleh snouck hurgronje dari sisi landasan normatif maupun praktek bagi para pemeluknya, kemudian dibuatlah rekomendasi kepada para penguasa kolonial untuk membuat kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan umat islam.
Islam dipahami dari sisi ajaran, doktrin dan pemahaman masyarakat dengan asumsi dapat diketahui tradisi dan kekuatan masyarakat setempat. Setelah itu, pemahaman yang telah menjadi input bagi kaum orientalis diambil sebagai dasar kebijakan oleh para penguasa kolonial yang tentunya lebih menguntungkan mereka dibanding rakyat banyak di wilayah jajahannya. Hasil studi ini sesungguhnya lebih menguntungkan kaum penjajah. Atas dasar masukan ini para penguasa kolonial dapat mengambil kebijakan daerah koloni dengan mempertimbangkan budaya lokal. Atas masukan ini, para penjajah mampu membuat peta kekuatan sosial masyarakat terjajah sesuai dengan kepentingan dan keuntungannya.[4]
Menurut Muhammad Nurhakim, memang tidak semua aspek agama,khususnya islam dapat menjadi objek studi. Dalam konteks khusus studi islam, ada beberapa aspek tertentu dari islam yang dapat menjadi objek studi, yaitu :
1.         Islam sebagai doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknya sudah final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya.
2.         Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia  dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
3.         Interaksi sosial yaitu realitas umat islam.
Menurut M. Atho’ Mudzhar menyatakan bahwa objek kajian agama islam adalah substansi ajaran-ajaran islam, seperti kalam, fiqih, dan tasawuf. Dalam aspek ini, agama lebih bersifat penelitian budaya. Hal ini mengingat bahwa ilmu-ilmu keislaman semacam ini merupakan salah satu bentuk doktrin yang dirumuskan oleh penganutnya yang bersumber dari wahyu Allah melalui proses penalaran dan perenungan. Ketika seseorang mempelajari bagaimana ajaran islam tentang sholat, zakat, haji, tentangkonsep keesaan Allah, tentang argumen adanya Tuhan, tentang aturan etika dan nilai moral dalam islam, berarti ia sedang mempelajariislam sebagai gejala budaya.[5]

C.     Tujuan studi islam
Dalam adagium ushuliyah dinyatakan bahwa al-umur bi maqashidiyah, bahwa setiap tindakan dan aktifitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Adagium ini menunjukkan bahwa pendidikan serharusnya berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai, bukan semata –mata berorientasi pada sederetan materi. Sehingga tujuan study Islam terlebih dahulu harus dirumuskan, sebelum komponen-komponen lainnya.[6]
Sesuai perkembangan masyarakat yang semakin dinamis sebagai konsekuensi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka aktualisasi nilai-nilai al-Qur’an menjadi sangat penting. Karena tanpa aktualisasi kitab suci ini, umat Islam akan menghadapi kendala dalam upaya internalisasi nilai-nilai al-Qur’ani sebagai upaya pembentukan pribadi umat Islam yang bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, maju, dan mandiri , atau disebut dengan insane kamil. Pribadi semacam inilah yang menjadi tujuan study Islam sebagaimana dirumuskan oleh al-Ghazali. Dalam mewujudkan Islam kamil, pendidikan Islam ditujukan sebagai proses transfer pengetahuan (transfer of knowledge), transfer metode (transfer of methodology), dan transfer nilai-niilai (transfer of values).
Study Islam sebagai media transfer pengetahuan dapat ditinjau dari perspektif perspektif human capital, pendidikan tidak dipandang sebagai barang konsumsi saja tetapi juga sebagai sebuah investasi. Hasil investasi ini berupa tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannnya dalam proses produksi dan pembangunan pada umumnya.
Secara normative tujuan yang ingin dicapai pendidikan Islam meliputi tiga dimensi yaitu:
1.      Dimensi spiritual, yaitu iman, takwa, dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan muamalah). Dimensi spiritual ini tersimpul dalam satu kata yaitu akhlak mulia, yang menurut M. Athiyah Al-Abrasyi sebagai tujuan utama study Islam.
Sementara menurut Said Aqil Husein al-Munawar, akhlak merupakan alat control psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia akan berada dalam kumpulan binatang yang tidak memliliki tata nilai dalam kehidupannya. Rasulullah saw. Merupakan sumber akhlak yang hendaknya diteladani oleh orang mukmin, seperti tercermin dalam sabdanya:
“Sesungguhnya aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
2.      Dimensi budaya, yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggung jawab     kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini secara universal menitikberatkan pada pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan factor dasar (bawaan) dan factor ajar (lingkungan) dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman.
3.      Dimensi kecerdasan yang membawa kemajuan, yaitu cerdas, aktif, disiplin, inovatif, produktif, dan sebagainya. Dimensi kecerdasan dalam pandangan psikologi merupakan sebuah proses yang mencakup tiga hal: analisis, kreatifitas, dan praksis.
Upaya yang dilakukan dalam study Islam tentunya tidak cukupn di ruang kelas atau disekolah saja. Sebab lembaga yang mempunyai peran sesungguhnya adalah keluarga. Sebagai unit masyarakat terkecil, keluarga memiliki dampak langsung terhadap kehidupan peserta didik dan masyarakat itu sendiri. Disinilah anak mendapatkan imu pengetahuan pertama kalinya sebelum mendapatkan dari lembaga lain.[7]
Studi islam sebagai sebuah kajian secara sistematis terhadap islam memiliki sebuah tujuan kegiatan apapun, apalagi studi islam, akan lebih mudah tercapai manakala ditetapkan tujuannya secara konkret. Secara garis besar tujuan studi islam adalah:
1.      Mempelajari secara mendalam tentang hakikat islam, bagaimana posisinya dengan agama lain, dan bagaimana hubungannya dengan dinamika oerkembangan yang terus berlangsung.
2.      Mempelajari secara mendalam terhadap sumber dasar ajaran agama islam yang tetap abadi dan dinamis serta aktualisasinya sepanjang sejarah.
3.      Mempelajari secara mendalam terhadap pokok isi ajaran islam yang asli, dan bagaimana operasionalisasinya dalam pertumbuhan budaya dan peradaban islam sepanjang sejarah.
4.      Mempelajari secara mendalam terhadap prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran islam dan bagaimana perwujudannya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini.
Dengan menyimak terhadap 4 tujuan ini studi islam diharapkan akan lebih jelas arahnya. Tujuan ini menjadi semacam titik yang akan dituju dengan berbagai sarana dan metode untuk mencapainya. Dengan kerangka tujuan semacam ini, studi islam diharapkan tidak sekedar sebagai sebuah wawasan normatif, tetapi juga konstektual, aplikatif, dan memberikan kontribusi konkret terhadap dinamika dan perkembangan yang ada.
D.    Pendekatan dan Metodologi Study Islam
Istilah “pendekatan” merupakan kata terjemahan dari bahasa inggris, approach. Maksudnya adalah suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian sebuah study atau penelitian. Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati disiplin ilmu karena tujuan disiplin ilmmu karena tujuan utama pendekatan ini untuk mengetahui sebuah kajian dan langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam pengkajian atau penelitian itu sendiri. Setiap disiplin ilmu memiliki kekhususan metodologi sebab tidak ada sebuah metode yang dapat digunakan dalam semua disiplin ilmu. Jika seorang pengkaji telah menentukan pendekatan yang digunakannya, akan dengan mudah terbaca langkah-langkah metodologis yang digunakan.
Jika seorang pengkaji keislaman telah menentukan pendekatan yang digunakannya, pembaca dapat melihat, bahkan menguji kelurusan logika dan langkah metodologis yang harus dilakukan. Kalaupun terjadi perbedaan, mungkin diperbolehkan hanya pada aspek pengembangannya saja, namun tidak diperbolehkan melenceng dari metode dan prinsip-prinsipnya yang berlaku dalam disiplin ilmu itu. Sesungguhnya di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini., perkembangan ilmu harus dibarengi pula dengan perkembangan metodologi dan semakin mendalamnya kajian akan  ditentukan berdasarkan pendekatan dan disiplin ilmunya.[8]
Menurut Marylin R. Waldman, sejarah agama dapat diajarkan melalui dua pendekatan:
Teologis yaitu mengenai tindakan realitas tertinggi dan mutlak didunia ini.
Humanis yaitu  mengenai respons manusia terhadap kehadiran realitas tertinggi tersebut.
Disamping itu, sejarah agama juga dapat disampaikan dalam bahasa agama yang plural, yang menekankan pemisahan berbagai tradisi dan dalam bahasa agama yang tunggal yang menekankan religiolitas sebagai satu-satu nya dimensi pengalaman manusia.Pendekatan humanistis digunakan untuk mengkaji bahasa agama yang plural maupun yang tunggal, namun ia seringkali dipakai untuk yang tersebut terakhir. Salah satu pendekatan humanistis adalah pendekatan antropologis yang dapat  digunakan untuk mengkaji sejarah islam oleh pengamat luar yang berusaha secara mendalam untuk melihat islam secara simpatik. Berkaitan dengan penggunakan pendekatan, Waldmand memberikan dua catatan penting. Pertama, pemahaman manusia tentang tradisi agama, baik miliknya sendiri maupun milik orang lain, bersifat terbatas.Demikian pula, kualitas pemahaman orang luar dan orang dalam adalah bertingkat-tingkat, bahkan terkadang pemahaman org luar lebih baik.
Kedua, keunikan sebuah tradisi hanya tampak jika agama adalah subbeknya, yakni hanya ketika tradisi yang ada diletakan dalam konteks keberagaman manusia.Karena itu pendekatan humanitis tidak menolak pendekatan teologis, ia hanya mengurunginya ( ephoche) sehingga membuat pemahaman timbal balik. Pendekatan humanitis bahwa ada sesuatu pada banyak level yang harus kita pelajari dari orang lain. Jadi pendekatan teologis harus ditambahkan agar mendapatkan hasil yang memuaskan.
 Pendekatan antropologis dapat membantu non muslim memahami aspek-aspek tertentu dari kecenderungan bahwa agama harus ditumbuhkan dan disakukan dalam kehidupan koimunitas secara keseluruhan dan bahwa sekularisasi oleh teknologi modern bukan merupakan kemajuan.       
Menurut Adams, dia mengemukakan ada dua pendekatan dalam kajian studi islam yaitu
1.      Pendekatan normatif adalah pendekatan yang di jiwai oleh motifasi dan tujuan keagamaan.
2.      Pendekatan deskriptif muncul sebagai jawaban terhadap motifasi keingintauan intelektual atau akademis. [9]

           

Metodologi Pendekatan islam
Untuk melakukan studi islam, ada beberapa istilah yang perlu dipahami dengan baik. Pemahaman terhadap istilah-istilah ini akan memudahkan untuk memasuki bidang studi islam. Istilah-istilah tersebut adalah ; Pendekatan, metode, dan metodologi.
   Tetapi jika kita melakukan telaah secara mendalam dan kritis, antara keduanya terdapat perbedaan, walaupun perbedaannya sangat tipis. Metode merupakan cara mengerjakan sesuatu ( a way of doing something). Sementara pendekatan adalah cara memperlakukan sesuatu ( a way of dealing with something). Dengan mencermati pengertian ini, dapat kita pahami bahwa perbedaan antara keduanya tertetak pada perlakuan atas objek. Metoode cenderung menganggap sebuah objek sebagai entitas pasif.Sementara pendekatan cenderung mengaanggap sebuah objek yang aktif. Ketika seseorang akan memperlakukan sesuatu, misalnya saja, kuda sebagai objek yang aktif, maka ia berarti sedang melakukan pendekatan tehadap kuda.Sementara ketika ia memperlakukan perawatan terhadapnya, kuda dianggap sebagai benda pasif, maka sesungguhnya ia sedang melakukan metode perawatan kuda. Dalam konteks kajian islam, ketika seseorang ingin mengkaji islam, dan menganggapnya sebagai sebagai entitas yang aktif dan dinamis, maka sesungguhnya ia sedang melakukan pendekatan atas Islam.
            Sementara metodologi berasal dari tiga kata yunani yaitu, meta, hetodos, dan logos . Meta berarti menuju, melaui, dan mengikuti. Hetodos berarti jalan atau cara. Maka kata metodos ( metode) berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai sesuatu.Ketika kata metode digabung dengan kata logos maka maknanya berubah. Logos berarti ‘’ studi tentang” atau “teori tentang” . Metodologi disebut pula sebagai ‘ science of methods’ yaitu ilmu yang membicarakan cara, jalan atau petunjuk praktis dalam penelitian, sehingga metodologi penelitian membahas tentang konsep teoritik berbagai metode. Dalam islam, kajian tentang metode-metode studi islam merupakan metodologi. Oleh karena itu, metodologi dalam studi islam bersifat teoritis.   [10]     

IV.    KESIMPULAN
Dari beberapa definisi pendidikan diatas dalam pengertian yang masih umum tadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses kependidikan yang mengandung pengarahan kepada suatu tujuan tertentu atau suatu proses yang berlangsung kea rah sasaran tertentu.
Studi islam menurut istilah dalam bahasa inggris adalah islamic studies, dan dalam bahasa arab adalah dirasah al islamiyyah. Dari sisi pengertian studi islam secara sederhana adalah kajian islam. yakni: sebagai kajian islam sesungguhnya memiliki cakupan makna dan pengertian yang luas. Hal ini wajar adanya karena sebuah istilah akan memiliki makna tergantung yang menafsirkan.
Pengertian studi islam menurut Muhammad Nur Hakim kegunaan istilah studi islam bertujuan untuk mengungkapkan beberapa maksud.
-          Studi islam yang dikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas dan program-program pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai objeknya.
-          Studi islam yang dikonotasikan dengan materi, subjek, bidang, dan kurikulum atas suatu kajian atas islam.
-          Studi islam yang dikonotasikan dengan institusi-institusi pengkajian islam, baik dilakukan secara formal.
Dalam konteks khusus studi islam, ada beberapa aspek tertentu dari islam yang dapat menjadi objek studi, yaitu :
-          Islam sebagai doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknya sudah final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya.
-          Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia  dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
-          Interaksi sosial yaitu realitas umat islam.
Menurut M. Atho’ Mudzhar menyatakan bahwa objek kajian agama islam adalah substansi ajaran-ajaran islam, seperti kalam, fiqih, dan tasawuf. Dalam aspek ini, agama lebih bersifat penelitian budaya. Hal ini mengingat bahwa ilmu-ilmu keislaman semacam ini merupakan salah satu bentuk doktrin yang dirumuskan oleh penganutnya yang bersumber dari wahyu Allah melalui proses penalaran dan perenungan.
Istilah “pendekatan” merupakan kata terjemahan dari bahasa inggris, approach. Maksudnya adalah suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian sebuah study atau penelitian. Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati disiplin ilmu karena tujuan disiplin ilmmu karena tujuan utama pendekatan ini untuk mengetahui sebuah kajian dan langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam pengkajian atau penelitian itu sendiri.

V.                PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami buat.Tiada gading yang tak retak, dan kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini belum mendekati sempurna bahkan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bias menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
















DAFTAR PUSTAKA
Djumransiah HM., Pendidikan Islam, Malang: UIN-Malang Press , 2007
Naim Ngainun, pengantar studi islam, TERAS, 2009
Nafis Muhammad Mustahibun, M.Ag, ilmu pendidikan islam,  TERAS, 2011
Sahrodi Jamali., Metodelogi studi islam, Bandung:pustaka setia, 2008
Tantowi Ahmad, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2008
Choir Tholhatul, Islam dalam berbagai pembacaan kontemporer, pustaka pelajar,2009



[1] M. Djumransiah, Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Malang Press , 2007), hal. 12-15.
[2] Ngainun Naim, pengantar studi islam, (TERAS, 2009),  hal 1
[3] Muhammad Mustahibun Nafis, M.Ag, ilmu pendidikan islam,(TERAS, 2011), hal 1
[4] Jamali Sahrodi., Metodelogi studi islam, (Bandung:pustaka setia,2008) hal.57
[5] Opcit hal.7-9
[6] M. Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 57
[7] Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2008) hal. 21- 24
[8] Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam, (Bandung: VC Pustaka Setia, 2008) hal. 64-66
[9] Tholhatul choir, Islam dalam berbagai pembacaan kontemporer, pustaka pelajar,2009, hal,254
[10] Ngainun Naim Pengantar Studi islam, Teras, 2009, hal 10 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar